Senin, 15 September 2014

Cerpen ku




KELUARGAKU

 Disuatu desa ada sebuah keluarga bernama Pak Suri, Ibu Tini dan 2 orang anaknya yang bernama Ana dan Ani. Mereka hidup mewah dan bahagia bersama. Ayahnya yang seorang pengusaha sukses mempunyai penghasilan yang cukup tinggi.

Namun suatu hari  Pak suri tergiur ajakan temannya untuk bermain judi. Hari dema hari terlewati, Pak Suri selalu pergi malam untuk bermain judi hingga pada pagi harinya Pak Suri malas untuk bekerja, dan lama kelamaan usaha Pak Suri makin turun dan akhirnya bangkrut, sebab ia tidak pernah lagi mengurusi pekerjaannya.

Istrinya yang hanya ibu rumah tangga dan tidak mempunyai pekerjaan, hanya bias berdiam diri melihat perilaku suaminya yang berubah drastis. Dengan mati-matian Ibu Tini mencari pekerjaan untuk menghidupi keluarganya.

Lama kelamaan Pak Suri sadar dan akhirnya bertobat. Dia berusaha mencari pekerjaan kemana-mana, namun tidak ada yang mau menerimanya. Setiap hari ia kena marah dari sang istri, sebab ia tidak mempunyai pekerjaan. Hingga suatu hari ia ditawari pekerjaan oleh tetangganya untuk menjadi penjual es keliling.

Bertahun tahun menjadi penjual es, Pak Suri menyisihkan gajinya, lalu dia membuka lapak mie ayam kecil-kecilan dipinggir jalan. Pak Suri hidup dengan berkecukupan. Tidak lupa Pak Suri juga menabungkan hasil dari usahanya.

Setelah dirasa tabunganna cukup, Pak Suri lalu menyewa kios di pasar Bintoro untuk mengembangkan usahanya. Mie ayam buatan Pak Suri memang sangat enak. Tidak heran banyak sekali pengunjung yang datang diwarung Pak Suri. Keluarga Pak Suri hidup tentram dan damai seperti semula. Ibu Tinipun tidak lagi marah-marah kepada Pak Suri.

Belum genap 1 tahun ia berjualan dipasar bintoro, tempat berjualannya hangus terbakar. Pak Suri dan istrinya tidak bias berjualan di lapaknya dan tidak bias membuka usaha baru. Sebab seluruh dagangan, dan uang hasil berjualan ada didalam warung, yang sekarang sudah rata dengan tanah, dan tidak ada satupun benda/brang yang tersisa.

Pak suri menjadi pengangguran dirumah. Hingga suatu hari dia ditawari pekerjaan menjadi sopir angkot. Pak Suri mengambil pekerjaan itu. Penghasilannya yang sangat minim membuat Pak Suri merasa kurang puas. Namun itu tetap ia jalani, demi istri dan kedua orang anaknya. Tak lupa Pak Suri juga menabung.

Setelah benerapa tahun akhirnya kios tempat berjualan mie ayam yang dulu sudah jadi. Namun masalah baru muncul, untuk menempati kios tersebut, Pak Suri harus membayar dengan hargayang cukup tinggi. Sedangkan tabungan Pak Suri baru 70% dari harga kios tersebut. Lalu Pak Suri dan Ibu Tini mencari hutangan kemana-mana.

Uangnya sudah cukup untuk membayar kios dan membeli bahan dagangan untuk berjualan. Warungnya tidak seramai sebelumnya. Orang-orang yang dulu dipinjam uangnya, satu persatu datang untuk menagihnya. Pak Suri bingung bagaimana caranya untuk mengembalikan hutang-hutangnya tersebut.

Singkat cerita, berkat keja keras dan usahanya, Pak Suri berhasil membayar hutang-hutangnya. Dan usaha mie ayamnya semakin maju dan berkembang.

Akhirnya Pak Suri dan keluarganya hidup dengan sangat berkecukupan dan kembali seperti awal. Dalam benaknya ia berjanji bahwa ia tidak akan lagi bermain judi. Baginya keluarganya adalah anugrah dati Tuhan yang paling indah.



SEKIAN
 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar